Pages

Jan 26, 2012

#1: Dari istrimu yang penuh dosa...


Sudah lima tahun sejak pagi itu. Pagi di mana kau meninggalkan aku, meninggalkan aku setelah malam indah yang kita lalui. Kau begitu marah padaku, ya aku sadar ini memang salahku. Ketololoan masa mudaku yang membuat kau marah, kau murka, tapi kau menikmatinya bukan?

Kebersamaan malam itu? Aku bisa merasakannya, tubuh mu bergetar di atasku, aku bisa mendengar suaramu, atau apakah aku hanya mendengar suaraku yang mengerang? Tidak, aku yakin kau juga bersuara, kau menikmatinya. Tapi pagi ini, kau marah, kau marah karena mendapati aku yang tidak setia. Maafkan aku suamiku.

Aku memang sudah berdosa padamu juga pada lagit, aku memang hanya sampah, tidak pantas aku bersanding denganmu. Sudah seharusnya aku mengatakan padamu hal ini sejak pertama kali kita bertemu, sejak kau menyatakan niat mu untuk menikahi aku. Tapi bibir ini tidak sanggup mengatakannya. Aku terlalu keras kepala, aku menganggap kamu tidak akan mempermasalahkan hal ini. Aku menganggap kau dapat menerima aku apa adanya, ternyata tidak, aku memang tidak pantas di terima oleh pria sebaik dirimu.


Kau lelaki terindah yang pernah di lahirkan bumi ini, kau memiliki semua hal yang di inginkan seorang istri dari suaminya. Namun aku adalah wanita yang merusak impian mu bukan? Impian tentang sebuah pernikahan dan kesetiaan.

Sudah lima tahun pernikahan ini berjalan, Suamiku, tapi aku tidak pernah tahu kau ada di mana? Apakah kau sudah menikah di negri sebrang sana? Menemukan istri yang sesuai dengan keiinganmu? Aku menunggumu, menunggu kepulangamu, menunggu hukuman atas kebodohanku. Ketololan masa mudaku yang begitu mudahnya tergoda oleh rayuan lelaki setan. Aku yang mengangungkan cintanya sehingga dengan mudah menyerahkan diriku.

Aku yang dulu begitu mudahnya untuk mencintai dan mendapatkan balasan cinta dari para adam, begitu mudahnya memikat dan terpikat oleh mereka. Menyerah terhadap keindahan yang mereka tawarkan, sampai aku bertemu dengan mu. Dengan pria yang tidak pernah menatapku dengan keinginan untuk menaklukkanku.

Kau datang di tengah kegundahanku akan masa depan, mempertanyakan makna cinta dan kesetiaan, kau datang dan membawa lari hatiku. Kau membuatku merasa aman, suatu perasaan lain yang tidak pernah ditawarkan kaum adam lainnya. Kau dapat membuatku tertawa dengan cara lain, membuatku menginginkanmu seutuhnya, bukan hanya menginginkanmu secara fisik, tapi secara keseluruhan.

Aku terlalu menginginkanmu sayang, sehingga aku menutupi kenyataan itu, kenyataan bahwa aku adalah seorang pendosa. Aku terlalu egois sehingga tidak memperdulikan dirimu, aku hanya memikirkan kesenanganku, aku merasa aku pasti dapat membuatu bahasia secara batin, karena aku memiliki pengalaman dengan kaum adam lainnya. Aku akan menyakinkanmu, bahwa setelah malam pertama kita, hanya akan ada kau di hatiku selamanya. Aku mencintaimu suamiku.

Dan ini adalah tahun kelima pernikahan kita, aku merindukanmu dan aku menderita memikirkan apa yang kau lakukan di sana. Di negri yang aku tidak tahu tempatnya. Seakan tidak ada GPS yang dapat memberitahuku di mana aku bisa menemukanmu. Tidak pernah ada kabar dari mu.

Suamiku pulanglah, 
Hukum aku, dengan cara apa pun hukum aku, bahkan hingga titik darah penghabisan aku tidak akan mengeluh. Yang aku inginkan adalah kau bahagia.

Suamiku, kalau kau sudah memiliki kekasih lain dan ingin menikah dengannya, restuku bersamamu sayang, tapi ceraikan aku lebih dulu. Agar kau bebas melangkah dan merajut pernikahan impianmu. Aku tidak akan mencegahmu untuk bahagia.  Aku tahu pernikahan ini tidak akan membuatmu bahagia, lalu mengapa kau tidak menceraikan aku?

Suamiku, aku hidup di negri yang punya hukum sendiri atas pernikahan. Apakah ini caramu menghukumku? Tidak sayang, jangan pernah mengira aku memiliki seorang kekasih di sini, aku sudah cukup tua untuk memikirkan hal itu. Hanya kau yang bisa membangkitkan gairah wanita tua ini, kenangan malam itu lah yang menghiburku tiap malam.

Suamiku dimanapun kau berada saat ini, aku tahu surat ini tidak akan pernah sampai padamu, tapi aku tahu kau dapat mendengar jeritan hatiku. Pulanglah dan hukum aku atas kesalahanku yang dengan mudahnya memberikan diriku kepada pria-pria yang pernah hadir di hidupku.

Tertanda,

istrimu yang kau tinggalkan lima tahun lalu


No comments:

Post a Comment