Pages

Jan 23, 2012

Surat #7: Memory Pandan tercinta...

Tulisan untuk mengikuti #30harimenulissuratcinta, dengan tema "Surat Cinta untuk Kota" Dan ini aku persembahkan untuk Pandan tercinta :)
Pantai Pandan di sore hari

Pandan, kota kecil yang berjarak 10 jam lebih dari Medan, Sumatera Utara.
Kota dimana aku menghabiskan tiga tahun masa putih abu-abukku di sini. Kota dengan segala kenangan masa kejaan dan masa tertindas.


Pandan, bagaimana rupamu sekarang?
Pantai tempat aku berteriak, pantai tempat aku bersenang-senang dulu, apakah masih sekotor dulu atau malah semakin kotor?

Wangi pantai itu begitu membuatku rindu, wangi asin, pantai di sore hari memang keindahan yang tiada tara bukan?


Pandan, aku cuma ingat tiga pantai yang sering aku kunjungi. Pantai Pandan pantai tempat aku melepas penat. Pantai Kalangan, tempat aku dan teman-temanku sering buat acara keakraban, Pantai Hollywood juga ada di kota ini. Jadi kalo mau ke Hollywood datang aja ke Pandan. :)


Lihatkan betapa indahnya tempat ini, tidak ada mall di sini, bahkan waktu itu mini market juga ngak ada, yang ada cuma warung grosiran.

Pandan, apakah sekarang kau semakin ramai atau sepi? Bagaimana siswa SMAku yang sekarang apakah mereka segila kami dulu atau malah lebih gila??

Pandan aku rindu keliling kota pandan sebagai pasukan marching band, di mulai dari gedung kantor Bupati dengan membawa alat musik adalah pengalaman pertamaku menjalani jalan-jalan pedesaan yang belum pernah aku lewati. Melihat anak-anak sekolah yang atusias, saat gerombolan kami lewat depan sekolah. Rasa lelah seakan hilang berganti semangat untuk menghibur masyarakat sekitar. Apalagi kalau lagu yang dibawakan lagunya Dewi Persik yang judulnya 'Stop kau mencuri hatiku..' hahaha. Memang begitulah kota ini lagu dangdung lebih favorit dari pada lagu barat.

Pandan, kota yang tidak pernah menawarkan kemewahan, hanya keserhanan, tempat aku belajar banyak hal. Arti persahabatan, arti peduli dan cinta lingkungan. Pandan dengan segala keindahannya, bahkan rangkaian Bukit Barisan dapat aku nikmati disini, dan aku bisa bilang aku udah pernah menaiki bukit ini. :)

Pandan, bagaimana air di situ? Apa masi susah cari air yang warnanya bening?? Apakah air PAMnya masi sering mati?
Aku masi ingat seragam SMAku ngak pernah terlihat cemerlang seperti di iklan pemutih pakaian. Bersusah-susah cari air karena tiba-tiba air PAM mati dan terpaksa cari tempat lain untuk mandi.

Simpang lampu merah Pandan, adalah tempat aku sering jajan, martabak di simpang ini menjadi favorite se asramaku, seperti makanan wajib yang selalu ada minimal satu bulan sekali. Juga ada bakso Pak Min yang sering jadi oleh-oleh di setiap pesiar.

Pantai Pandan juga menjadi saksi bisu kejadian tsunami di Nias, jarak Pandan dan Nias tidak lah terlalu jauh. Untungnya kota ini tidak kena tsunami, namun banyak gedung-gedung yang hancur akibat gempa itu. Aku di situ saat gempa terjadi, malam dan hujan, kami lari dengan rasa takut bahwa hari itu adalah hari terakhir di hidup kami. Namun kini kenangan itu dapat memberikan senyum dan tawa setiap kali aku ingat  kejadian malam itu.

Pandan... Aku berdoa untuk mu, untuk masyarakat dan alam mu. 

Pandan, kenangan yang tak akan pernah terlupakan, akan kuwariskan kenangan ini kepada anak dan cucuku kelak. Agar mereka tahu, aku bisa sampai pada titik ini juga karena kota kecil yang sederhana ini. 


SMA ku dilihat dari atas

No comments:

Post a Comment