Pages

Aug 31, 2017

Sebuah surat untuk yang terkasih dikala dia beranjak dewasa nanti.

Aku menuliskan ini untuk putraku yang saat ini bahkan belum menjadi jigot di kantong rahimku. Aku menulisnya dengan keyakinan "jumpa tuah jumpa matawari, dapat anak laki-laki dan anak perempuan"; sebuah kalimat yang didoakan kepada aku dan suami sejak kami menikah.

Banyak doa-doa yang diberikan untukku agar akupun segera mengandung.

Putraku, kamu dinantikan!
Ya, aku sedikit egois karena aku ingin punya anak laki-laki lebih dulu.
Aku egois karena aku hidup di lingkungan yang membanggakan anak laki-laki lebih dari anak perempuan.

Tapi saat ini aku menulis ini bukan untuk membahas soal itu.

Putraku, aku ingin menceritakan tentang seorang pria baik hati. Aku ingin engkau meniru kebaikanya, khususnya sifatnya yang sangat menghormati wanita.

Ketika nanti kamu merasakan jatuh cinta, ketika kamu menemukan wanita yang membuatmu menginginkannya sepenuh. Hormatilah dia dan hargai dia.

Jangan tunjukkan rasa cinta itu dengan sentuhan fisik, karena dari sikap mu pun dia akan mengerti bahwa kamu mencintainya.

Hormatilah dia seperti pria itu menghormati mama mu ini.
Pria itu tidak pernah dengan sengaja memegang tanganku kecuali disaat terdesak yang membayakanku.
Tapi ini tidak berarti kamu dengan sengaja mengajaknya ke situasi berbahaya demi menyentuhnya!

Jangan menciumnya sebelum kalian menikah!
Old? ya.. tapi itu yang dilakukan pria itu pada ku...

what? haven't I told you he is your father?

Ya, dia menciumku pertama kali di gereja, setelah kami mengucapkan janji setia de depan seluruh jemaat.
Dia mencium keningku, sesuatu yang mengejutkanku hari itu dan juga yang membuatku bahagia.

Jika berpenganan tangan dan berciuman tidak pernah kami lakukan sebelum menikah, aku harap kamu pun demikian.

Satu lagi yang perlu kamu tau, nak!
Dia mungkin bukan pria pertama yang menciumku, tapi apa yang dilakukannya membuatku merasa sangat berharga dan penting. Bagi wanita menjadi yang terpenting dalam hidup suaminya adalah segalanya.

Nak, kamu pasti tidak berencana untuk hidup melajang seumur hidupmu kan?
Kalau iya, maka kamu harus hidup selibat.

Well, aku tentu ingin ngerasain rasanya punya cucu. *I think my imagination go so far, hahaha

Tapi menikahnya karena hatimu memang ingin menikah, menikahlah karena kamu yakin bahwa Tuhan menginginkan hal itu juga.

Putraku, seperti yang aku sebutkan, hiduplah dengan meneladani hal yang baik dari Bapakmu.
Dia mungkin tidak selalu benar, tapi hormatilah dia dan kasihilah dia.

Karena sama seperti aku, diapun menantikanmu, mencintaimu.

Saat ini kami sangat menantikanmu.