Pages

Jun 20, 2012

[FlashFiction] Genggam Tanganku


Aku masih ingat hari itu, hari kami dipertemukan. Aku dan Vika, kami tergabung dalam sebuah komunitas sosial yang tersebar di Indonesia. Suatu waktu, kira-kira tiga tahun yang lalu, komunitas kami mengadakan acara keakraban dengan mengundang seluruh anggotanya. Tapi sangat disayangkan jumlahnya tidak sebanyak yang diinginkan. Awalnya panitia mengharapkan setidaknya 100 orang yang ikut, tapi ternyata hanya ada 50 orang, termasuk panitia. Walapun begitu suasana akrab di acara itu tidak berkurang.

Acara diawali dengan acara saling kenal, masing-masing anggota berdiri dan memperkenalkan diri mereka. Saat itu aku terlambat, karna perut ini tidak bisa diajak bersahabat, akhirnya aku bergabung dengan rombongan setelah setengah dari anggota sudah memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan nama saya Adri Ignatius, usia tujuh belas.."

"Tujuh satu!" teman sebelahku berteriak dan diikuti riuh sorakan dari yang lainnya. Jelas saja, usiaku bukan tujuh belas ataupun tujuh saat itu, tapi dua puluh tiga. Setelah tawa reda aku pun melanjutkan perkenalanku.

Jun 19, 2012

[FlashFiction] Ramai versi si Bego


Kali ini Malioboro, setelah kemarin Borobudur, besok dia bakalan ngirim foto apa lagi?

Apa dia nggak tau kalau yang ingin aku lihat itu dia? Aku nggak peduli sama semua keindahan tempat-tempat itu, apalagi foto ini. Foto apa ini? Isinya hanya deretan toko sama orang-orang yang lagi berjalan berdua, sama seorang bapak di vespa. Apa asiknya foto begini?

Harusnya dia itu berfoto di depan tulisan malioboro itu, dia dengan kamera kebanggaannya itu. Kalau nggak bisa foto diri sendiri, ya udah minta tolong ama siapa gitu. Aku itu ingin lihat wajahnya, aku mau tahu seperti apa dia sekarang. Apakah dia semakin hitam karna selalu berkeliaran di terik matahari, atau justru otot-otot lengannya semakin terbentuk karna membawa benda-benda berat setiap hari. 

Ahhh…  Begoooo… Kapan sih kamu bisa ngerti isi hatiku ini? Aku mau ikut kemanapun kamu pergi, mau itu naik gunung kek, nyebur ke laut, bahkan masuk ke dalam bumi lapis ke tujuhpun aku mau ikut sama kamu.


“Dia ngirim foto lagi?” Aku hanya mengangguk menjawab Laras. Aku senang melihat Laras hari ini, kemarin malam dia udah ngabisin satu box tissuku hanya untuk nangisin pria nggak penting itu.Sekarang dia udah ketawa-tiwi bareng si Fian. Kalau udah ditanya udah jadian atau belum jawabannya cuma ‘Ada dehhh…’.


Jun 18, 2012

[FlashFiction] Pangandaran, I'm fall into you

 


Delapan jam perjalanan Bandung-Pangandaran dengan kondisi jalan yang bikin pusing, tapi tetap mata ini nggak bisa diajak tidur. Hal ini dikarenakan otakku yang masih mikirin pacarku, ups. Maksudnya mantan pacarku yang baru 24 jam lalu mutusin aku demi wanita yang usianya 15 tahun lebih tua dari aku! Sial!
Dan yang lebih sial lagi, aku terperangkap di Avanza hitam, duduk di bangku paling belakang yang memiliki tingkat guncangan yang lebih hebat dari yang posisi lainnya, dan mataku sepanjang perjalanan ini nggak bisa nggak melihat mata sang supir!

Okai, aku sejujurnya bingung, mata siapa yang lebih indah? Mata pria yang masih aku cintai (tidak mau ngakui tapi masih cinta) itu atau mata pria yang duduknya hanya semeter dari aku. Sejujurnya aku penasaran dengan warna matanya, tapi sudahlah, namanya saja aku tidak tahu.

Oh ya kisah aku bisa terperangkap di mobil yang sebagian penumpangnya tidak ada di daftar temanku adalah karna sahabatku Vika yang geram melihatku nangis semalam suntuk. Lagian setelah aku pikir-pikir kenapa tidak? Liburan dadakan, lumayankan dapat cowok baru, ups. maksudnya kenalan baru.

Begitu turun dari mobil, aku langsung berlari ke pinggir pantai. Pemandangan sunrise ini nggak boleh di tinggalkan, mamen! Aku merentangkan kedua tanganku, wangi asin dari air laut langsung membuatku rindu, rindu akan mantanku. Halah, ngapain juga mikirin dia. Mari kita ganti topik dengan warna langitnya, warnanya belum bersih, masih agak-agak gelap, seperti hatiku yang masih dihiasi kenangan si mantan. Sabar, nanti juga bakalan biru bersih kan?

Jun 17, 2012

Merangkak



Berhubung saya udah lulus sidang dan lagi nunggu jadwal wisuda dkk, saya ingin membagikan kisah merangkak saya hingga saya lulus. Apa lagi buat yang mw masuk kuliah.

Saya lulus SMA tahun 2007, cita-cita saya sejak kecil mungkin sama dengan cita-cita kamu. Saya mau jadi dokter. Kenapa? Karna orang tua saya menginginkan hal itu. Agar saya bisa jadi orang kaya kelak!

Tapi fakta berkata lain. Saya sadar saya bukan siswi yang rajin belajar, itulah sebabnya saya tidak lulus spmb. Tapi orang tua saya tidak menyerah, mereka mengupayakan biaya 40 juta agar saya bisa masuk fakultas kedokteran d universitas swasta di kota saya. Tapi seperti yang kalian lihat, saya berakhir di jurusan IT.
Kalian tau kenapa? Singkatnya karna Tuhan tidak ingin saya di situ.

Tapi hati ini tidak ihklas, saat melihat kenalan saya yg berkuliah di jurusan itu. Bukannya ingin menghakimi, tapi saya tidak rela. Mereka yg dengan uang puluhan juta bisa menempati posisi dokter. Bukankah kesana mereka berakhir kelak?
Saya yang dari dulu ingin jadi dokter, tapi gagal, sedangkan mereka karna faktor orang tua dan uang berhasil ada di situ.
Lalu bila saya renungkan semakin dalam, saya yakin di lain tempat, ada seorang rekan yg berfikiran seperti saya.

Seorang teman pernah mengatakan, dia menyesal ada d jurusannya sekarang, dia ingin kuliah seperti saya. Tapi apa daya, jurusan IT punya rating tinggi d universitas negri cui, mau kuliah d swasta? Biaya dari mana, kalau kamu adalah anak tertua dan masih banyak adik mu yang butuh uang!

Kami berdua sama-sama tidak bahagia dengan jurusan kami. Tapi saya harus move on! Bukan hanya mantan kekasih yang harus move on, tapi dengan mantan cita-cita saya, saya harus move on.

Segala cara dan banyak tes masuk yang saya coba, tapi yang mau nerima saya cuma NTC. Salah satu bentuk pelatihan yang setara dgn d2 yang didirikan telkom dengan NIIT di India. Ya awalnya saya terlena dengan janji manis para petinggi di kampus, hingga saya ikut rencana pendidikan yang mereka rencanakan. Saya mengambil diploma 3 saya d kampus yang baru mereka dirikan.

Menjadi angkatan pertama gak seru, coi! Pernah ngalami dapat buku mata kuliah setelah uas atau uts selesai? Saya pernah mengalaminya. Pernah ngalami nilai diportal tiba-tiba hilang atau nilai A berubah bentuk jadi C? Saya pernah mengalaminya.

Kalau ditanya alasannya datanya hilang! What?? Dengan tampang tak berdosa si admin itu akan bilang kamu tinggal olt(online test) ulang! Emang mempelajari buku bhsa inggris itu gampang? Nilai indah yang saya dapatkan dengan bergadang sampai pagi, hilang lenyap! Kalau jarakny 1 atau 2 hari, mungkin memory saya masih segar, tapi kalau sudah enam bulan?

Sudahlah, saya tidak sedang ingin menjelekkan almamater saya. Toh itu dulukan? Toh kampus itu sudah menjembatani karir perdana saya. Saya menjadi pegawai outsource di salah satu anak perusahaan telkom. Tapi hidup memang tidak selalu mudah. Urusan kontrak yang membuat saya ingin meledakkan orang-orang yang sering mengirim email tentang aturan-aturan aneh. Tapi bukan itu yang membuat saya keluar dari perusahaan itu, semakin lama disitu semakin saya merasa saya tidak cocok jadi programmer. Itu juga yang membuat saya menolak tawaran untuk jadi developer di pekerjaan saya yang sekarang, walaupun hanya jadi db dev.

Seiring dengan pengalaman kerja yg bertambah, maka tentunya kuliah saya terus berjalan kan?
Saya mulai bekerja, sebelum saya lulus diploma 3, lalu dilanjutkan dengan ekstensi saya. Yup dari d2, merangkak ke d3 dan tertatih-tahih untuk dapat gelar sarjana.

Proses merangkak saya bukan hanya dalam pendidikan. Masih banyak dan sangat banyak sifat dan tujuan yang ingin saya raih. Mungkin saja saat ini saya masih tengkurap, tapi saya akan merangkak! Walau tak secepat orang yang berjalan, tapi saya hanya ingin berpindah. Move on ke tempat tujuan saya.

Mari merangkak, walaupun cuma sedikit, yg penting pindah. :)

NB: berharap bisa dapat kabar tentang kisah 'meragkak' kamu. 

Love,

@yuuCaaaa

Jun 4, 2012

Lulus Sidang? Senang atau Sedih?



Puji Tuhan, tanggal 26 Mei kemaren saya sudah lulus sidang. Walaupun masih dengan revisi, tapi akhirnya saya lulus. Di tengah-tengah kesibukan project yang mau live dan hari ini sudah live, akhirnya saya berhasil menyelesaikan S1 saya. Namun di tengah kebahagian ini, ada kesedihan yang menusuk hatiku. 

Sidang saya kemarin itu seharusnya diikuti oleh tiga orang, karena penyusunan skripsi ini memang di haruskan perkelompok. Dan beruntunglah saya karena kampus membebaskan kami untuk memilih anggota kelompok. Dan kebetulan kami bertiga sudah akrab semenjak kuliah di BOL, makanya kami memutuskan untuk bergabung. Sayangnya sewaktu sidang, salah satu teman kami mengalami kecelakaan.

Kecelakaan itu terjadi pada malam sebelum kami sidang. Hari Jumat sebelum kami sidang, saya dan teman saya ini janjian ketemuan di kampus untuk berdiskusi. Seharusnya ini tidak saya lakukan, mengingat menjelang sidang, ibaratnya seorang calon pengantin yang mau nikah harus dipingit terlebih dulu. Harusnya pertemuan seperti ini harus dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. :(

Sepulang dari kampus, sekitar jam tujuh malam, kami berpisah di depan kampus. Saya pulang naik angkot sedangkan teman saya ini dijemput oleh ayahnya. Sekitar jam sembilan kurang, saya sudah sampai di dekat kosan, saya menerima panggilan dari Ninda, waktu saya angkat ternyata suara pria. Ternyata itu ayanya, beliau menceritakan kondisi Ninda, saya langsung shock. Bingung, sedih, lemes, semuanya lahh...

Saya dan teman saya yang lainnya sempat panik. Apalagi keesokan harinya, setelah diskusi dengan pihak kampus, awalnya mereka bilang, kelompok kami tidak bisa presentasi. Harus nunggu Ninda sembuh. Padahal kondisi Ninda tidak memungkinkan sembuh dalam satu minggu. Saat itu hati ini berperang antar rasa setia kawan dengan rasa egois ingin cepat lulus.

Tapi untungnya, setelah berdiskusi, tercapailah kesepakatan kalah Ninda akan diuji berdasarkan hasil revisi kelompok kami. Jujur selama menyusun skripsi ini, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan. Mulai dari belajar mendelegasikan tugas, belajar untuk tidak saling menyalahkan, kalau ketemu masalah tidak usah mencari siapa penyebabnya tapi mencoba untuk mencari solusinya. Belajar ngontrol diri *yg ini masih belum berhasil*. Dan juga belajar berfikir dari sisi bisnis proses, bukan hanya dari sisi teknis, alias belajar mikir ala bos hahahaa...

Ninda itu berperan sangat penting dikelompok kami, walaupun dia mengerjakan bab1 samapai bab 3 secara keseluruhan. Tapi keberadaan Ninda terasa sangat penting sebagai penengah masalah, penenang jiwa raga. Karena memang sifatnya yang supel dan asik buat tempat curhat, gadis ini sangat penting dikelompok kami. Apalagi saat-saat lagi binggung mau nyusun bab 4 bagaimana, pasti dia bisa kasi ide segar.

Sungguh sanggat disayangkan dia tidak bisa merasakan bahagia yang kami rasa hari itu. Hari itu begitu kami selesai sidang, kami langsung menjenguk Ninda. Begitu melihat kondisinya di tempat tidur, saya cuma bisa tersenyum padanya. Soalnya saya memang tidak gampang bersedih melihat orang sakit (Opungku ninggal aja mesti dipaksa dulu baru bisa nangis) Saya mencoba untuk tampil cerita di matanya yang terpaksa terbuka. Saya tersenyum kearahnya setiap kali saya melihat mata itu menatap saya.

Ninda tidak bisa bicara hari itu, dikarenakan giginya dan bibirnya yang terluka, bahunya yang patah juga membuat dia nggak bisa banyak bergerak. Ahh.. kondisinya hari itu memang memprihatinkan.

Hari ini saya mendapatkan sms dari seorang teman yang menanyakan kondisi Ninda. Saya pun langsung merasa bersalah, karna sebagai teman satu timnya, saya kurang update. Karna saya juga bingung mau nanya ke siapa? Mau jenguk kerumah sakit, tapi sabtu minggu ini saya ada kerjaan. 

Saya hanya bisa berdoa agar Ninda segera sembuh.
Ninda n her parents

Our Ninda
Nda...
Kami tunggu kamu di wisuda tahun ini ya...
Kita pasti wisuda bareng kok..
Kamu harus semangat disana.. :)
Semangat sayang :* 

with love,

yuyu


Jun 3, 2012

[Cerpen] Like Mother, Like Daughter


Kukecup kening putraku setelah aku mendengar dengkur halusnya. Dia sangat mirip dengan papanya, begitu menyentuh bantal, langsung pulas. Berbeda dengan putriku, si sulung ini hanya akan tertidur setelah membaca sesuatu. Itulah sebabnya dingding kamarnya didominasi oleh rak buku yang tingginya hingga ke langit-langit.Aku keluar dari kamar putraku dan melangkah menuju ruang tamu yang ada di lantai bawah, aku menyalakan TV sambil menunggu suamiku pulang. Hari ini dia ada meeting dengan kliennya hingga malam. Sedangka putri kami sedang menginap di rumah sahabatnya, rencananya mereka akan mengadakan pijamas party. Melihat putriku yang semakin dewasa, aku jadi semakin merasa tua. Putriku akan berulang tahun yang ketujuh belas tahun depan, tapi diusia seperti ini, aku belum pernah melihatnya jalan bersama seorang pria. Sejujurnya aku sedikit khawatir dengannya. Walaupun aku dan papanya tidak pernah melarangnya untuk berhubungan dengan pria manapun, tapi entah mengapa sampai sekarang dia belum pernah membawa seorang laki-laki ke rumah ini. Jam dingding sudah menunjukkan angka sepuluh, sedari tadi aku masih sibuk memilih acara TV yang mau ditonton, tapi belum menemukannya. Akhirnya aku mematikan TV dan ingin berbaring di kamar saja. Begitu meletakkan remote TV, aku mendengar pintu masuk terbuka dengan kasar. 
"Masuk!" Aku mendengar suara suamiku berteriak. Selama pernikahanku, aku belum pernah mendapati suamiku semarah ini. Dia menarik kasar putri kami melawati pintu rumah.
"Astaga... Kakak?"