Pages

Feb 9, 2015

Hai, Ina!

Dear Defrina Nopi Pasaribu,

Apa kabar kamu??
Satu tahun lebih berlalu sejak kita terakhir berbincang-bincang. Seingatku itu bulan Januari tahun lalu. Rumah sakit Jakarta. Aku gak pernah nyangka kalau itu bakalan jadi obrolan kita terakhir. Setelah itu, kita gak pernah berbincang lagi. Suara terakhirmu yang kudengar adalah erangan kesakitanmu di hari terakhir kau di dunia ini.

Ina, setiap kali aku liat fotomu tersenyum, aku masih belom bisa percaya kalau kau udah gak ada lagi. Udah gak ada lagi temen aku cerita! Udah gak ada lagi yang paham logika otakku ini!
Kau tahukan gimana Uti dan Hilde? Dan kau tahu juga kan kalau kalian itu saling melengkapi dan tidak ada yg boleh hilang?

Kau tahu kan kalau denganmu, puzzle di hidupku lebih banyak? Kini selain aku harus mencari puzzle calon hidupku, akupun mengalami kehilanganmu??

Sedih, naaaa.... Dan aku benci harus bilang ini ke kau. Aku gak suka kau pergi duluan. Aku gak terima gak bisa denger suaramu lagi!! 

"Iya, kan, yu... Kayaknya enak kali loh ini... Itu, bla.. Bla... Bla"
"Emang lah si, Yuyuk ini!"
"Ngerikali kau, yuk!"

Siapa lagi yang akan bilang itu ke aku, walaupun Nova suara mirip samamu. Tapi kau tetep kau dan buatku nova ya nova! Gak ada yang bisa gantiin kau dan gak ada yang bisa sesabar kau ke aku!

Ina!!!!!
I miss you!! 
So bad!! Very... Very... Bad!!!

Bukan sekedar temen belanja atau temen bobo bareng. You more than that to me! 
I'm tired, na... Dan aku cuma butuh kata-kata semangat dari mu...

"Yuyu, hebat ya... Hari ini udah bantuin nenek-nenek tadi." Itu pujian terakhirmu untukku.

Na, aku lagi malas ngerjain thesis dan aku butuh semangatmu, aku butuh kau!



No comments:

Post a Comment