Pages

Feb 18, 2015

[Lukas 15:17-26] Menolong Teman yang butuh Yesus

Latar belakang aku menulis postingan ini adalah karena aku bertugas untuk bercerita di sekolah minggu, yang mana kisahnya diambil dari Lukas 15:17-26

Sebagai pengantar, saya pernah membaca kisah tentang seorang anak lelaki.
Di sebuah negri di pelosok negri tak bernama, hidup seorang anak lelaki yang hidupnya sangat sederhana. Bahkan bisa dikatakan miskin, tapi hatinya tidak semiskin penampilannya. 
Anak ini pergi ke suatu toko buku rohani, dia bertanya kepada petugas di situ, "Berapakah harga Alkitab di sini, Pak?". Sang petugas memilihkan alkitab paling murah dengan gambar anak-anak, tapi sayangnya uang yang di genggaman sang anak tidak cukup untuk membayar buku itu. 
"Tuggu sebentar, aku masih punya uang disini." kata anak itu sambil mengeluarkan uang di dalam kaus kakinya yang sudah sobek. "Alkitab itu bukan untukku, tapi untuk sahabatku. Dia ingin mengenal Yesus." lanjut anak itu sambil mengumpulkan setiap receh yang ada dibawanya.
"Kamu bisa mendapatkan Alkitab ini, aku akan memberimu diskon. Tidak usah habiskan semua uangmu." kata sang penjaga toko buku itu. "Tidak usah, Pak. Aku ingin sahabatku tahu betapa aku menyanyanginya." Anak itupun lalu menghabiskan semua uangnya, yang mungkin setelah ini dia tidak akan bisa membeli makan malamnya, untuk membelikan alkitab untuk sahabatnya.


Kisah anak ini mengingatkan saya, bahwa sebagai seorang sahabat yang baik, saya seharusnya membantu teman-teman saya untuk semakin mengenal Yesus, dalam perikop kali ini lebih tepatnya untuk menerima pengampunan dari Yesus. Sebab siapapun yang tidak percaya pada Yesus adalah seorang yang berdosa. Bahkan setelah mengenal Yesus pun, manusia tetaplah manusia yang rentan terhadap dosa.
To help our friends find forgiveness, we must bring them to Jesus who has authority to forgive sins.

Pada kisah Lukas, sang penulis menceritakan tentang lima orang sahabat, yang mana salah satu dari mereka menderita lumpuh dan tidak bisa meninggalkan tempat tidurnya. Kisah ini diceritakan ketika Yesus sedang ada di Capernaum dan mengajar di dalam rumah, coba kita bayangkan sejenak. Rumah itu pasti sudah sangat penuh, karena Yesus itu pada masa itu adalah orang yang sangat terkenal. Dan aku yakin sekali bukan hanya isi rumah itu yang penuh, tapi pekarangan rumah itupun pasti penuh. Ada beberapa pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah ini:

1. Pengampunan adalah kebutuhan utama setiap manusia

Bila saya ada di posisi si lumpuh, saya pasti sangat bersyukur punya sahabat yang selalu bisa saya andalkan. Karena seperti kalian tahu, jaman dulu pasti tidak ada yang namanya kursi roda, pelatihan untuk orang lumpu, dan belum ada baby sister juga. Kemungkinan besar orang tersebut sehari-hari bekerja sebagai pengemis.
Sedangkan bila saya di posisi sahabatnya (salah satu dari orang yang menurunkan orang lumpuh tersebut), saya mungkin merasa bosan direpotkan oleh orang tersebut dan untuk itulah saya ingin dia segera sembuh. Tapi saya sangat kecewa karena saat pertama kali Yesus melihat si lumpuh tersebut, Yesus bukannya menyembuhkannya. Yesus malah berkata "Dosamu telah diampuni"

Orang lain mungkin berkata, "Apa yang orang ini dibutuhkan adalah bantuan ekonomi dan pendidikan. Mari kita memberinya kupon makanan, manfaat kesehatan pemerintah dan beberapa pelatihan kerja. "Tetapi Yesus berkata," Hai saudara, dosamu sudah diampuni."Pengampunan dosa bukan hanya pilihan kecil, dilemparkan dengan paket manfaat total hidup berkelimpahan. Jika pesan Alkitab tentang kematian dan penghakiman kekal benar, maka pengampunan adalah kebutuhan utama setiap orang! Kebutuhan utama manusia bukanlah pernikahan, bantuan ekonomi, pendidikan, dll. Orang perlu jaminan dari Allah bahwa dosa-dosa mereka diampuni. Semua kebutuhan lain sekunder. Seperti Yesus mengajarkan pada kesempatan lain, "Apa keuntungan untuk memperoleh seluruh dunia dan kehilangan jiwa Anda?" (Mat. 16:25). Ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada memiliki tubuh yang sehat dan banyak uang: Memiliki Tuhan yang mengampuni dosa-dosamu.

Yesus tidak selalu menyiratkan bahwa kelumpuhan orang itu adalah akibat langsung dari dosa-dosanya. Tetapi Yesus tahu bahwa kebutuhan utama setiap orang berdosa tidak untuk mendapatkan kesehatan atau masalah emosional terpecahkan atau keuangan yang baik. Permasalahan yang kita hadapi harus mendorong kita untuk mencari Tuhan. Ketika kita melakukan itu, menjadi jelas bahwa masalah utama kita adalah keterasingan kita dari-Nya karena dosa-dosa kita. Jadi pengampunan dosa adalah kebutuhan utama kita.

2. Pengampunan adalah kebutuhan yang mendesak

Mungkin saja keempat sahabat itu lebih mementingkan kebutuhan temannya untuk mendapatkan penyembuhan, bukan kebutuhan sahabatnya untuk mendapatkan pengampunan. Akan tetapi tekat mereka untuk membawa sahabatnya pada Yesus menggambarkan betapa kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk membawa seseorang medapatkan pengampunan dari Yesus. Ada beberapa point yang bisa di dapat dari mereka. 
  • Kreatifitas - Hey, kenapa tidak melalui atap saja? Mereka pastilah memiliki prinsip, “where there’s a will, there’s a way.” Jika satu pintu tertutup, mereka membuka atapnya. Jika dengan satu cara teman kita tetap tidak bisa kita raih, coba kita pikirkan cara lain.
  • Urgency - Di tengah-tengah keramaian seperti itu tentunya banyak orang yang akan berfikir kenapa tidak besok saja. Dan berapa banyak diantara kita yang serng menyianyiakan kesempatan dengan berdalih, "Mungkin ini bukan waktunya Tuhan." Tapi keempat sahabat ini tahu kebutuhan sahabatnya, sehingga mereka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
  • Sacrifice - Jika kamu ingin seseorang mengenal Yesus kamu perlu berkorban. Seperti keempat orang tersebut, mereka merelakan rumah bagus tersebut untuk rusak. Mungkin setelah itu mereka akan disuruh untuk membayar biaya perbaikan rumah. Mereka juga mungkin merelakan waktu mereka, dari pada berlelah-lelah membawa temannya pada Yesus bukanlah lebih baik mereka beristirahat dengan keluarganya.
  • Persistance - untuk hal ini terkadang saya juga masih ragu tentang kesungguhan saya. Tapi ijinkan saya berbagi kisah tentang persistance dari blog tetangga:
A family that had moved into a new apartment was besieged by salesmen. One busy day a dairyman came to the door. “No,” the woman said firmly, “my husband and I don’t drink milk.”
“Be glad to deliver a quart every morning for cooking.” “That’s more than I need,” the woman replied, starting to close the door.
“Well, ma’am, how about some cream? Berries comin’ in now, and ...”
“No,” the woman replied curtly, “we never use cream.”
The dairyman left and the woman congratulated herself on her sales resistance. Actually, she had already ordered from another dairy, but she hadn’t said so. But the next morning, the same dairyman was back at the door, a bowl of dewy strawberries held carefully in one hand and a half-pint bottle of cream in the other.
“Lady,” he said, as he poured the cream over the berries and handed them to her, “I got to thinkin’—you sure have missed a lot.” The woman changed dairies. (Reader’s Digest, [5/82].)
That’s the kind of positive persistence we need in sharing the berries and cream of the good news.
  • A team afford -Untuk membawa satu orang kepada Yesus membutuhkan tenaga empat orang. Memang untuk menolong teman datang kepada Yesus terkadang tidak cukup usaha satu orang, karena itu sebuah tim diperlukan.




3. Only Jesus has authority to forgive sins.

Bila kita membaca kisah ini, kita melihat bagaiman orang farisi mempertanyakan kuasa Yesus untuk mengampuni. Tapi ketika Dia berbicara dan menyembuhkan orang itu, jelas bahwa kuasa Tuhan hadir.

Yesus menggunakan mukjizat untuk membuktikan klaim-Nya atas otoritas untuk mengampuni dosa. Yesus mengetahu isi hati para ahli taurat dan berkata, "Mana yang lebih mudah, mengatakan,' dosamu telah diampuni, atau mengatakan, 'Berdirilah dan berjalanlah?". Dari sudut pandang manusia, lebih mudah untuk mengatakan, "Dosamu sudah diampuni," karena tidak ada cara untuk memverifikasi itu. Dari sudut pandang Tuhan, mengampuni dosa lebih sulit, karena melibatkan pengorbanan Anak-Nya. Yesus mengambil apa yang secara manusiawi lebih sulit-menyembuhkan orang-dan menggunakannya untuk memverifikasi klaim-Nya untuk mengampuni dosa-dosanya.



No comments:

Post a Comment