Pages

Feb 2, 2012

#4: Hei roll rambut dan stiletto hijau..


Pagi ini adalah pagi pertama ku di kota yang baru, di negriku sendiri. Aku sudah sering berpindah-pindah akibat tuntutan pekerjaan dan kali ini kota inilah menjadi tempat sementaraku. Kota yang tidak ada kamunya.

Aku yakin kamu tidak akan pernah mau datang ke kota ini, kota ini tidak banyak mall nya, tempat clubbing nya juga ngak sebanyak di tempat kamu kan? Tidak ada mall yang menjual barang-barang merek luar yang semakin menindas produk dalam negri. Lebih baik kamu tetap di kota itu, wanita.

Kota ini besar, tidak seperti kota yang punya nama besar tapi seakan tiada lahan lagi untuk tempat pembaringan terakhir. Kota yang melahirkan banyak pengacara ternama yang sering berkoar-koar di pengadilan di kota tempatmu menginjakkan kaki.


Kota dengan semboyan 'Ini Medan, Bung!' memiliki daya pikat untukku saat aku disuruh memilih antara Padang atau Medan maka aku memilih kota ini. Ntah apa yang membuatku memilih kota ini, tapi aku hanya merasa seperti anak ABG yang punya firasat kalau aku pasti akan bahagia di kota itu.

Bahagia.. Seperti bahagia yang pernah kita rasakan dulu. Sudah lima tahun berlalu, tapi belum sekalipun aku menemukan bahagia itu lagi, walaupun banyak wanita yang menemani hari-hariku, tapi bahagia bersamamulah yang terus menghantuiku.

Aku melakukan hal-hal yang dulu kita lakukan dulu dengan wanita-wanita itu, aku berharap aku akan sebahagia saat bersamamu, namun ternyata tidak. Seakan semua mantra rayuan ku hanya berlaku untukmu bukan untuk wanita lain dan hal itu mengajarkanku cara-cara terbaik untuk merayu wanita-wanita tolol itu.

Hari ini aku menemui receptionist di kantor itu untuk menunjukkan ruang kerjaku, dan dia mengingatkanku pada mu, pada roll rambutmu. Dia sepertinya terkejut melihatku, atau dia tergoda olehku? haha.. Aku semakin narcis kan? Dengan sedikit tergugup dia melepas roll rambutnya dan merapikannya kemudian mengantarkanku ke ruanganku.

Siang harinya, saat aku melewati meja receptionist itu, tanpa sengaja aku menginjak roll rambut, aku rasa itu punya receptionist tadi. Aku memungutnya, tapi saat aku membungkung mengambilnya aku melihat wanita dengan stiletto hijau di depan meja receptionist, lagi-lagi hal itu mengingatkanku padamu. Baru saja aku berdiri dengan roll rambut di tanganku, wanita tadi sudah pergi berlari keluar dari ruangan, aku hanya melihat punggungnya. Dan seketika itu juga punggungku menegang, itu seperti punggungmu, tapi rambutnya di gulung, tidak seperti rambutmu yang selalu digerai, itu tidak mungkin kamu kan?

Tidak mungkin kamu ada di kota ini! Receptionist itu melihatku memengang roll rambut dan dia bilang itu punya wanita yang pergi tadi, dia manager HRD di kantor itu. Aku pun kembali terkejut, tapi aku masih yakin itu bukan kamu! 

Jelas itu bukan kamu, karena nama wanita itu adalah adalah Nana, walaupun nama belakangmu ada Na, tapi kau kan tidak suka namamu di singkat kau lebih suka dipanggil TINA bukan yang lain kan?

Hari ini roll rambut dan stiletto hijau telah mengingatkanku pada mu tin-tin. Karena itu malam ini aku akan bersenang-senang dengan receptionist yang dengan senang hati menemaniku makan malam. Mungkin kami tidak hanya akan makan malam.

O ya tin-tin, kamu ingat makan malam pertama kita? Setelah aku menangkap basah kamu yang sedang menikmati indahnya lantai 30 itu. Malam itu aku bahagia sekali, karena akhirnya kamu mau jadi pacar aku. Setelah aku berhasil merangkai kata untuk menembakmu, setengah jam kau di situ sambil menikmati rokokmu tanpa tahu aku ada di belakangmu dan selama itu juga aku harus meredakan gemuruh di dadaku untuk mengatakan bahwa aku ingin kamu dan bahwa aku sudah jatuh cinta padamu.

Aku suka dengan kebiasaanmu itu, roll rambut dan sepatu stiletto favoritemu adalah dua hal kecil yang membuatku suka padamu, tapi ada hal lain yang aku tidak tahu apa itu, itulah yang membuatku jatuh cinta padamu. Kamu ngak marah kan aku bilang sebagai cewekku?
Mungkin sebatang rokok itu sudah membuatmu sedikit tenang, kau begitu tenang saat menjawab iya. Tapi yang buat aku bahagia bukan karena jawaban itu, tapi karena sekarang pipimu sudah merona.


Regards,

ton-ton


No comments:

Post a Comment