Pages

Oct 5, 2014

Doa yang sia-sia

Hello again,

Posting sebelum posting ini adalah posting tentang doa untuk seorang pria...

Well, mungkin kalian bisa tebaklah ya, apa yang akan aku tulis di postingan kali ini.. :)

Kemarin minggu, setelah ngobrol-ngobrol cantik dan makan bersama rekan-rekan sepelayananku, ada pertanyaan menggelitik yang membuatku sadar tentang keberagaman dan peranan kita sebagai aggota tubuh Kristus bahwa masing-masing kita punya tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

Pertanyaannya sih simple, "Bagaimana caranya mendoakan pasangan? Apakah harus sebut nama? Apakah spesifik?" dan ada juga yang bertanya "Bagaimana kalau doa itu sia-sia?"

Mungkin kalian sudah punya sederet kalimat untuk menjawab pertanyaan itu, tapi karena ini blog saya, maka perkenankan saya menjawabnya dengan cara saya, yaitu pengalaman pribadi saya.
Ohh.. bukan berarti saat ini saya sudah menemukan siapa pasangan hidup saya, tapi memang benar, saya sedang mendoakan pasangan hidup saya..

Dulupun pertanyaan itu muncul di benakku. Dulupun aku menolak berdoa secara spesifik karena takut doaku sia-sia. Sampai sekarang pun, aku tidak tahu apakah doa yang kupanjatkan ini sudah benar atau tidak. Tapi aku hanya ingin berdoa.

Dalam sebuah artikel mengenai doa meminta jodoh, penulis mengambil kisah hidup Habakuk dalam sikapnya berdoa. Memang sih Habakuk gak doa minta jodoh, tapi yang unik adalah penulis menuliskan ada 3 fase sikap dalam berdoa:


Fase I: Minta (Habakuk 1:1-11) 
“Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepadaMU: ‘Penindasan!’ tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau ...” (Hab. 1:2-3)
Aku menyebut fase ini fase anak-anak. Seperti anak sekolah minggu yang kalau berdoa, pasti doanya meminta. Tapi Habakuk bukan anak-anak lagi kan? Jadi tak usah malu kalau doa kalian masih lebih sering meminta. Akupun masih sering seperti ini..
Tapi bukan berarti masih fase seperti ini, Tuhan tidak menjawab doa. Tuhan tetap menjawab, kok.. Jadi jangan takut.. Ini baru awal perjalanan doa kita. Jangan berhenti! Lanjutkan ke fase berikutnya!

Fase II: Minta - Dengar (Habakuk 1:12-2:20)
“Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang akan dijawabNya atas pengaduanku.” (Hab. 2:1)

Orang yang mau mendengar orang lain adalah lebih bijak daripada orang yang hanya mau didengar. Tuhan sudah menjadi sahabat terbaik buat kita. Ia mendengar setiap doa dan menjawab sesuai dengan apa yang Ia anggap terbaik (dan memang itulah yang terbaik). Tidak pernah terlalu cepat dan terlambat. Segala sesuatu indah pada waktu yang tepat, waktuNya. Namun apakah kita sudah menjadi sahabat Tuhan, yang selalu rindu mendengar perkataan dan pernyataan kehendakNya, yaitu isi hati Tuhan?

Pada fase ini seseorang harus mengembangkan kepekaan mendengar jawaban doa dan seni menunggu. Menunggu memang tidak enak. Tetapi menunggu menghindar-kan kita dari tindakan buru-buru yang justru merusak segalanya.

Allah yang selalu setia dalam menepati janjiNya. Dia adalah Allah yang selalu bertahta atas segala sesuatu, termasuk segala kejadian di bumi, termasuk juga pernak-pernik kehidupan kita. Mengenal Allah yang demikian, Habakuk menyerukan: “Berdiam dirilah di hadapanNya, ya segenap bumi!” Sudahkah Anda mendapatkan rahasia besar nan luar biasa ini?

Fase III: Minta - Dengar - Beriman (Habakuk 3)
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan... namun aku bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku...” (Hab. 3:17-19)

Pada fase ini pendoa tidak berhenti meminta dan mendengar. Meminta dan mendengar adalah unsur yang penting dalam sebuah doa, hanya saja meminta dan mendengar bukan lagi menjadi fokus doa. Fokus pendoa pada fase ini adalah diri Allah sendiri. Ia akan menganggap pengenalannya akan Allah secara pribadi jauh lebih penting daripada pemberian atau jawaban doa. Paulus pernah berkata: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya ...” (Flp. 3:10). 

Doa para pendoa pada fase ini akan dipenuhi dengan puji-pujian yang tulus (tidak bermulut manis yang manipulatif) dan penyerahan total kepada kehendak Allah (“Biarlahkehendak Tuhan yang jadi”). Perhatikan pujian dan penyerahan diri nabi Habakuk dalam pasal 3 ini! Perhatikan pula pengenalannya akan Allah yang telah menyatakan diri melalui segenap perbuatanNya dalam sejarah peradaban manusia!

Pada fase ini pendoa tidak berarti berhenti meminta melalui doa karena sudah menyerahkan dan percara begitu saja pada rencana Tuhan. Pendoa tetap meminta kepada Tuhan, tetapi yang diminta adalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah. 

Inilah kunci kuasa doa! Doa yang PASTI dikabulkan adalah doa yang sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan doa yang memanipulasi Tuhan untuk kepentingan diri. 

Di tengah pergumulan dan masalah hidupnya pendoa pada fase ini akan menuntut diri untuk mengenal Allah dan kehendakNya secara pribadi (dengan Alkitab sebagai sarana). Ia akan semakin rajin berdoa karena Tuhan pasti menjawab setiap doa yang dipanjatkan. Ia tidak takut salah meminta karena ia tahu bahwa Tuhan tahu ia sedang berada dalam proses belajar mengenal kehendakNya. Dan Tuhan pasti menjawab sesuai dengan kehendakNya, bukan kehendak diri. Dalam sikap penuh iman dan sedia untuk taat kepada Tuhan seperti inilah seseorang bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan dan mengalami kemenangan demi kemenangan dalam hidupnya.


Selain itu, ada juga artikel yang menjawab pertanyaan: "Bagaimana berdoa yang baik untuk dapat pasangan hidup dari Tuhan?"

Doa yang baik yang sesuai isi hati Tuhan. Mintalah yang sesuai syarat yang Tuhan tetapkan, supaya Tuhan memberikan. Minta yang SEIMAN dan yang SEPADAN, sebagai doa utama.  Jika masih kurang jelas, maka dalam doa Anda bisa memberikan SPESIFIKASI teman hidup yang Anda butuhkan dan untuk mengetahui pimpinan TUHAN, berdoalah dengan cara minta TANDA.

Note: saya menekankan mengenai seiman, karena masih banyak di dunia ini, orang-orang yang melanjutkan kisah cinta tidak seiman mereka, dengan anggapan cinta dapat mengalahkan segalanya. Man!! Mana sih yang lebih kuat Tuhan atau cinta??

Mengenai tanda yang spesifik, artikel ini mengambil kisah hamba Abraham yang sedang mencari pasangan hidup untuk anak tuannya itu. 
Kejadian 24: 12 "Lalu berkatalah ia: "Tuhan, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. (13) Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. (14) Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata, "Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab, "Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum - dialah yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu."
Tanda yang disampaikan oleh sang hamba memang sangat spesifik dan bisa dikatakan hampir sulit untuk diwujudkan, karena seekor unta itu bisa minum sampai 100L air, dan si hamba itu punya unta lebih dari 1. Seriously?? Ada gitu perempuan yang mau kasi minum unta yang ampe 10? Tapi buktinya ada... :)

Jadi jangan ragu dengan doa mu ataupun syarat yang kau tentukan untuk mejadi pasangan hidupmu. Believe it or not! Tuhan tuh kasih jodoh yang sesuai dengan kesukaanmu. Preference mempertemukan kamu dengen orang yang kamu sukai dan dia juga menyukaimu. Misalnya sifat-sifat bawaan, misalnya kamu pengen banget sama cowok yang agak pendiam (Tuhan bisa kasih yg sperti itu lho). Bukan hanya itu, preference di sini termasuk physical appearance. Kamu pasti suka tampilan luar jodohmu Waktu merrid bahkan sampai tuapun, kamu ga bosan memuji kekasihmu dari ujung rambut ampe ujung kaki (Biar ngerti baca kitab Kidung Agung).

Oya, sedikit curhat: 
Dulu aku tidak berani berdoa secara spesifik mendoakan atau tepatnya menanyakan apakah dia yang dari Tuhan? Aku memang mendoakan dia, tapi hanya berdoa untuk keselamatannya. Hingga seorang kakak menyuruhku untuk berdoa spesifik. Akupun memberi tenggang waktu untuk doaku, karena mungkin saja orang yang sudah Tuhan pilihkan itu bukan orang yang aku maksudkan dan dia sedang menunggu aku buat menyadari dia.. hihihiihi

Seperti kesaksian temanku lainnya, yang awalnya dia mendoakan seseorang, tapi akhirnya dia akan menikah dengan pria lain. 
Lagi pula, jika seseorang hanya berdoa satu kali saja mengenai suatu masalah, bukankah hal ini memperlihatkan bahwa ia tidak sungguh-sungguh sehubungan dengan permohonan itu?
Lagian, aku percaya.. Doa apapun yang kamu panjatkan untuk seseorang, doa itu akan mengubahmu lebih dulu. Ibaratnya pribadimu dulu yang akan dibereskan Tuhan, lalu ke bagian relasi.. :)

Seperti kutipan yg sering muncul di path, Doa yang terus-menerus itu seperti dayuhan sepeda yang akan membawamu ke tempat tujuan. Tapi ingat sepeda itu bukan sepeda yang hanya punya 1 dudukan, tapi dua, karena di depan ada Tuhan Yesus yang mengarahkan jalan, tugas kita hanya mendayuh dan percaya. 

Juga ada kutipan lain yang bilang: "Kalau kamu tidak jadi dengan orang yang diam-diam kamu doakan, kamu akan jadi sama orang yang diam-diam mendoakanmu."

FOCUS ON THE PROMISE, NOT THE PROBLEM 


No comments:

Post a Comment