Sidang saya kemarin itu seharusnya diikuti oleh tiga orang, karena penyusunan skripsi ini memang di haruskan perkelompok. Dan beruntunglah saya karena kampus membebaskan kami untuk memilih anggota kelompok. Dan kebetulan kami bertiga sudah akrab semenjak kuliah di BOL, makanya kami memutuskan untuk bergabung. Sayangnya sewaktu sidang, salah satu teman kami mengalami kecelakaan.
Kecelakaan itu terjadi pada malam sebelum kami sidang. Hari Jumat sebelum kami sidang, saya dan teman saya ini janjian ketemuan di kampus untuk berdiskusi. Seharusnya ini tidak saya lakukan, mengingat menjelang sidang, ibaratnya seorang calon pengantin yang mau nikah harus dipingit terlebih dulu. Harusnya pertemuan seperti ini harus dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. :(
Sepulang dari kampus, sekitar jam tujuh malam, kami berpisah di depan kampus. Saya pulang naik angkot sedangkan teman saya ini dijemput oleh ayahnya. Sekitar jam sembilan kurang, saya sudah sampai di dekat kosan, saya menerima panggilan dari Ninda, waktu saya angkat ternyata suara pria. Ternyata itu ayanya, beliau menceritakan kondisi Ninda, saya langsung shock. Bingung, sedih, lemes, semuanya lahh...
Saya dan teman saya yang lainnya sempat panik. Apalagi keesokan harinya, setelah diskusi dengan pihak kampus, awalnya mereka bilang, kelompok kami tidak bisa presentasi. Harus nunggu Ninda sembuh. Padahal kondisi Ninda tidak memungkinkan sembuh dalam satu minggu. Saat itu hati ini berperang antar rasa setia kawan dengan rasa egois ingin cepat lulus.
Tapi untungnya, setelah berdiskusi, tercapailah kesepakatan kalah Ninda akan diuji berdasarkan hasil revisi kelompok kami. Jujur selama menyusun skripsi ini, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan. Mulai dari belajar mendelegasikan tugas, belajar untuk tidak saling menyalahkan, kalau ketemu masalah tidak usah mencari siapa penyebabnya tapi mencoba untuk mencari solusinya. Belajar ngontrol diri *yg ini masih belum berhasil*. Dan juga belajar berfikir dari sisi bisnis proses, bukan hanya dari sisi teknis, alias belajar mikir ala bos hahahaa...
Ninda itu berperan sangat penting dikelompok kami, walaupun dia mengerjakan bab1 samapai bab 3 secara keseluruhan. Tapi keberadaan Ninda terasa sangat penting sebagai penengah masalah, penenang jiwa raga. Karena memang sifatnya yang supel dan asik buat tempat curhat, gadis ini sangat penting dikelompok kami. Apalagi saat-saat lagi binggung mau nyusun bab 4 bagaimana, pasti dia bisa kasi ide segar.
Sungguh sanggat disayangkan dia tidak bisa merasakan bahagia yang kami rasa hari itu. Hari itu begitu kami selesai sidang, kami langsung menjenguk Ninda. Begitu melihat kondisinya di tempat tidur, saya cuma bisa tersenyum padanya. Soalnya saya memang tidak gampang bersedih melihat orang sakit (Opungku ninggal aja mesti dipaksa dulu baru bisa nangis) Saya mencoba untuk tampil cerita di matanya yang terpaksa terbuka. Saya tersenyum kearahnya setiap kali saya melihat mata itu menatap saya.
Ninda tidak bisa bicara hari itu, dikarenakan giginya dan bibirnya yang terluka, bahunya yang patah juga membuat dia nggak bisa banyak bergerak. Ahh.. kondisinya hari itu memang memprihatinkan.
Hari ini saya mendapatkan sms dari seorang teman yang menanyakan kondisi Ninda. Saya pun langsung merasa bersalah, karna sebagai teman satu timnya, saya kurang update. Karna saya juga bingung mau nanya ke siapa? Mau jenguk kerumah sakit, tapi sabtu minggu ini saya ada kerjaan.
Saya hanya bisa berdoa agar Ninda segera sembuh.
|
Ninda n her parents |
|
Our Ninda |
Nda...
Kami tunggu kamu di wisuda tahun ini ya...
Kita pasti wisuda bareng kok..
Kamu harus semangat disana.. :)
Semangat sayang :*
with love,