Ada perasaan rindu yang mulai menggrogoti relung hati.
Ada rasa ingin tahu tentang detail kehidupannya.
Ada rasa cemburu dengan tawanya bersama orang lain.
Ada marah bila dia tidak mau mengerti.
Iya, aku takut.
Kami berbeda.
Dia merangkak dari ketidakadaan menjadi berada.
Sementara aku melangkah dari kenyamanan dan menikmatinya.
Dia dengan semua beban keluarga di bahunya.
Sementara aku dengan ego kebebasanku sebagai wanita single dan anak tunggal.
Aku berusaha, itulah menurutku.
Aku mencoba mencari perhatiannya.
Tapi rasanya aku gagal.
Dia selalu membuat hati ini seperti naik kapal.
Dihempas ombak ke kanan dan kiri.
Terkadang menikmati manisnya angin laut.
Aku takut.
Kalau dia akan seperti pria itu.
Sosok suami yang sampai detik ini masa lalunya aku benci.
Aku benci perasaan ini.
Aku benci hubungan ini.
Sayangnya kami bersaudara.
Ada rasa segan dan rasa takut.
Segan mendekati, takut tersakiti.
Dia punya kisah dan aku selalu mendengarnya.
Tapi sampai detik ini rasanya aku hanya jadi pendengar.
Aku juga ingin di dengar, tapi...
Hati ini belum yakin untuk berkisah.
Aku bersyukur mengenal dia.
Ada hal baik yang dibagikannya.
Tapi ada yuyu di dalam diri ini.
Ada si wanita iblis yang selalu ingin diperhatikan.
Akupun tidak mengerti rencana Sang Pemilik Cinta.
Mungkin saja Dia ingin aku belajar.
Aku berharap...
Pria ini mengasihi keluarganya dan juga mencintai istrinya.
Aku berharap pria ini menomor satukan istrinya.
Karena aku yakin bila dia menomor satukan istrinya, maka keluarganya pun akan menjadi bagian terpenting bagi istrinya.
Akupun tidak tahu apakah ini kisah cinta?
Atau ini hanya kisah kehidupan?
No comments:
Post a Comment