This is the story about my friend, my very old friend.
I even can't remember her face anymore. I just remember her name, because we have a very similar name. Juli. We born on the same month and year. But we born in the different family and situation.
We meet about 15 years ago, and a situation bring us back. We talk anything and everything. We spent a whole day just talking.
Mostly, she talked a lot and I just used my ears. She told me everything about her self. She said, we just meet once and we will never meet again, and I need your ears because other ears may be talk about me negatively.
Dia bercerita tentang mantannya. Well, hey yooo... I'm too lazy to talk about ex. But I just keep silence and listen.
"Yu, udah lebih dari dua tahun gw putus dari dia, dan gue udah gak pernah ngarepin dia lagi. Gw udah jalanin hidup gw dengan fun dan senang-senang. Kemudian satu malam dia datang dan memporak-porandakan ketenangan gw."
Dalam hati gw, itu kan salah lo juga. Ngapaen juga lo ijinin dia buat berantakin hidup lo. Apapun yang orang lain lakukan sama lo, selama lo gak ijinin itu masuk dan nyakitin lo. Lo pasti akan baik-baik aja. Tapi apa dayaku, toh dia tetap menangis, toh dia tetap merasa sakit. Gw kan cuma pendengar?
"Emangnya dia ngapaen, lo, neng?"
"Sebenarnya tidak secara langsung. Jadi gini... " (gw skip dan gw kasi kesimpulannya sama aja ya..)
Temen gw dulu pacaran selama 5 tahun sejak SMA dengan seorang pria, (ya iyalah masa ama wanita) dan sampai saat ini dia masih ingat betul hari dimana dia memberikan sesuatu yang tidak harus dia berikan pada pria itu.
Dan suatu hari, tepatnya 2,5 tahun yang lalu, pria itu memutuskan dia. Dengan alasan yang sangatttt bijaksana. "Kita harus bertobat, kita gak bisa kek gini terus."
Dan temen gw itu udah melalui 2,5 tahun mulai dari yang nangis-nangisan, mulai pdkt ama orang lain. Walaupun kadang masih jatuh bangung, tapi dia tetep berusaha bangkit (katanya). Hingga dia merasa sudah menemukan ketengannya, menjalani hari-hari tanpa melihat kebelakang lagi. Kemudian semua berubah ketika negara api menyerang! #gubrak
Suatu malam, seorang teman lamanya menghubunginya dan bilang, kalau pria itu sudah punya pacar lagi. Di saat itu dia merasa sedih. Awalnya dia kira, dia akan baik-baik saja. Memang dia baik, sampai pria itu menghubunginya lagi. Ketika pria itu minta maaf.
"What? Dia minta maaf ama lo by phone? Bukannya kalian satu kota, neng?"
Damn!!! Betapa tidak gentlement sekali pria itu? Dan temen gw ini masih sayang sama dia?
"Pointnya bukan itu, yu..., yang bikin gw sedih, karena dia minta maaf bukan karena dia ngerasain sakit yang gw rasa, tapi karena dia yang ngerasa sakit dan dia minta maaf sehingga rasa sakitnya dia berkurang!!! Pusatnya adalah dia dan gw adalah sumber sakitnya?!!!!"
"BANGKE!!!!"
"BANGET!!! Tapi....."
"Apa??"
"Ada satu lagi yang bikin gw bete, dia bilang 'aku minta maaf, tapi terserahmu mau maafin ato gak?'"
"Hastagaaaaa..." Itulah reaksiku. Please deh ya.. Kalau mau minta maaf tapi gak harapin kesalahannya dimaafkan, itu sama aja dengan memindahkan beban lo ke orang lain. Seolah-olah bilang, 'aku capek dengan rasa bersalah ini, jadi ini rasa bersalah ini aku kasih samamu, terserah mau kau apakan' kemudian pergi begitu aja!!
Shit!!!
Tapi yang paling shitt dan berkali-kali shiitt adalah temen gw yang bilang mau maafin pria itu dan mau doain dia.
Goshh!!! Demi apa pria seperti itu masih layak di doakan??
"Tuhan kan ngampuni dosa juga, Yu?"
"Lu maafin dia, it's okay. Tapi doakan dia? Buat apa? Gak mungkin kan lo cuma doain dia menjadi pria yang lebih baik tanpa pernah ngarep dia bakal balikan ama lo??? Please deh, neng... Lu itu berharga, lu layak buat pria lain diluar sana!! Wake up!! Dan mulai lagi kisah hidupmu yang baru! Janngan selalu melihat ke belakang!!"
"Tapi aku benar-benar di persimpangan saat ini. Bener yang lo bilang, masih banyak yang lebih baik dari dia. Tapi aku gak rela dia sama orang lain. Aku gak rela dia bahagia selama aku masih sendiri seperi ini."
"Aduhhh neng... Emang lo sanggup? Kek mana kalau kenangan dia sama perempuan lain (pacaranya) itu akan selalu menghantui hubungan lo sama dia. Kalaupun nantinya kalian bisa balikan lagi. Lo yakin lo sanggup??"
"Kalau gw jalanin dengan doa dan tetep ikutin kata Tuhan, aku yakin kami pasti bisa."
"Trossss??? Menurut looo jawaban Tuhan adalah pria itu?? Yakin loo???"
"Antahlah, yuuuu...."
No comments:
Post a Comment