Ketika malam minggu itu cuma sendirian dan nangkring di sevel, aku pun jadi tergerak ingin menulis sesuatu tentang bandung dan aku.
Bandung di 2007. Mungkin tahun itu bukan kali pertama aku ke kota ini. Ketika aku masih kecil, aku pernah main ke kota itu bersama keluargaku. Just one day trip. Kemudian ketika akhirnya tidak ada universitas yang menerimaku selain telkom, akupun pindah ke kota ini.
Cuaca Bandung adalah musuh pertamaku. Beberapa hari di Bandung, amandelku langsung kumat. Untungnya ada si emak yang belum balik ke Medan dan bapak kost yang seorang dokter. Walaupun ini bukan kali pertama aku merantau, tapi bagi Mamak, melepas anak tunggalnya di kota yang jauh itu adalah hal yang sangat berat.
Jujur bukan hanya buat dia, akupun merasakan hal yang sama. Sikap apatisku di bulan-bulan awal sangat amat luar biasa apatis. Kehidupanku hanya kampus-kosan. Apalagi kuliahku cenderung seperti kursus bukan kuliah. Minggu-minggu awalkupun hanya aku habiskan di kosan, tanpa pernah ke gereja. Like I said, sikap apatis dan cuekku emang luar biasa!!
Hingga ketika aku bertemu lagi dengan 2 sahabatku itu... Putri dan Ina, aku mulai ke gereja dan terkadang weekendku diwarnai dengan bermain ke kosan mereka. Well, yang artinya dago-dayeuhkolot!
Sekali lagi, saat itu aku benar-benar pribadi yang membangun tembokku sendiri, aku lebih akrab dengan orang yang jauh disana daripada anak-anak kosanku, apalagi anak kampusku. Hingga aku mengenal beberapa orang yang berasal dari kotaku, sejak saat itu jumlah teman-temanku bertambah.
Kemudian di tahun kedua, aku pindah ke dayeuh kolot. Masih dengan teman-teman yang sama dan cerita yang semakin kaya. Kisah-kisah yang menambah memory manis tentang kota itu.
Cinta. Itu adalah bagian memory terindah yang dapatkan di kota itu. Jika aku harus menuliskan semua momory indah yang aku dapatkan bersama cinta itu, maka hingga matahari terbit besokpun, akan selalu ada kisah yang tidak sempat tertuliskan. Walaupun kemudia cinta itu berakhir, tapi Bandung selalu menjadi kota cinta.
Kehidupan persahabatan yang terlajin manis, kemudian berakhir karena keegoisan masing-masing. Bahkan hingga saat inipun, kami menjadi orang asing. Ataupun pertemanan yang sekarang hanya sekedar tahu atau kenal. Bahkan persahabatan yang terlukai karena cinta.
Bandung, di kota itupun aku melakukan banyak kesalahan, melukai seseorang yang seharusnya tidak pernah aku lakukan. Sekali lagi, jiwa muda yang bersemangat, keegoisan yang selalu menang, kini aku menyesalinya. Walaupun terakhir kali aku bertemu dengannya di kota ini, kami bisa saling tersenyum, tapi ada luka di hati ini yang selalu perih setiap kali mengingat dia dan kesalahan yang aku lakukan.
Bandung..... Tanpa kota itu, aku tidak mungkin seperti saat ini. Terlepas dari semua kesalahan yang pernah aku buat, semua kisah bahagia yang pernah aku jalani, bandung adalah tempat aku menuntut ilmu. Jembatanku ke dunia kerja sekarang.
Bandung itu diciptakan Tuhan ketika sedang tersenyum. Itu sebabnya setiap kali teringat akan Bandung, akupun tersenyum.
Dear Bandung, terimakasih....
No comments:
Post a Comment